Berkenalan Dengan Gua Dan Cara Menelusurinya


Eksplorasi akan gua membawa kita ke dalam dunia yang jauh berbeda dari yang terlihat di permukaan tanah, dunia gelap abadi yang dikelilingi oleh batu dan lumpur. Susunan batuan yang eksotis, aliran sungai dan air terjun, kesulitan-kesulitan jalur penelusuran, ngarai dan celah sempit, ruangan yang besar dengan tembok yang menjulang, jangkrik, kelelawar dan biota gua yang menunggu untuk dieksplorasi.

Caving bisa saja menjadi olahraga, atau hobi yang ringan, kegiatan penelitian ilmiah , atau sebuah ekspedisi. Banyak gua yang telah ditemukan di seluruh dunia dan belum seluruhnya dijelajahi, dari daerah alpine yang dingin sampai kawasan hutan hujan tropis, yang semuanya terbentuk melalui berbagai macam proses alam yang berbeda-beda. Dan inilah kisi kisi tentang apa yang akan dipelajari dengan kami (RECHTA MAHUPALA UMS)


Icon: Caving helmet and light
Sebuah pengantar ilmu caving untuk caver pemula. Jika Anda belum pernah melakukan caving sebelumnya,atau masih baru memulai, ini adalah saat yang tepat untuk belajar lebih jauh dan memulai. Informasi yang akan disuguhkan adalah bagaimana ( dan mengapa ) anda harus membentuk kelompok yang terorganisir dalam kegiatan caving, teknik caving dan peralatan dasar, dan juga beberapa prosedur keselamatan dasar dan tips konservasi gua.
Icon: Caving helmet and light
Sebuah perkenalan bagi siapa saja yang baru tertarik dalam ilmu tentang gua dan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang proses pembentukan gua dan ekosistem yang ada didalamnya.
Icon: Caving helmet and light
Tinjauan mengenai sifat sensitif gua-gua dan karakteristiknya serta informasi tentang bagaimana cara terbentuknya dalam rangka membantu konservasi gua dan ekosistemnya.
Icon: Caving helmet and light
Pengantar untuk penelusur gua pemula, juga menengah dan mereka yang tertarik dengan teknik penelusuran gua yang lebih rumit untuk memperluas keterampilan caving mereka. Bagian ini juga akan membahas beberapa tekhnik khusus dalam penelusuran gua dan memberikan diskusi yang lebih rinci pada beberapa hal yang lebih umum seperti teknik penelusuran gua vertikal dan horizontal, langkah-langkah mengidentifikasi gua baru, tata cara survei dan pemetaan gua.
Icon: Caving helmet and light
Sebuah diskusi tentang prosedur keselamatan dalam kegiatan caving, dan topik yang terkait dengan cave rescue untuk membantu mempersiapkan diri untuk hal-hal yang diluar dugaan.

SPELEOLOGI

1. DEFINISI
Speleologi menurut DR.  Robby KT Ko (1985) adalah ilmu mengenai gua dan lingkungannya, diambil dari kata Yunani, "spelion" yang berarti gua, dan “logos" yang berarti ilmu. Lingkungan tersebut berupa batugamping, batu pasir, aliran lava yang membeku, batu garam, batu gips, gletser, es, dan sebagainya. 
Beberapa ahli membuat definisi gua, antara lain Thornbury (1954), Zumberge (1963), dan Von Engeln (1953). Thornbury menyatakan gua adalah lubang alam yang kosong, bentuknya bisa sederhana, bisa bercabang, dapat vertikal maupun horisontal dan dapat memiliki satu tingkat atau lebih, baik ada atau tidak ada sungai di dalamnya. Zumberge menyatakan bahwa gua adalah lubang yang terbuka di bawah permukaan tanah. Von Engeln berpendapat gua adalah lubang yang terjadi di bawah tanah. Menurut White (1976 dalam Ritter, dkk., 1995) gua merupakan rongga bawah tanah yang alami, termasuk di dalamnya pintu masuk (entrance), lorong (passage) dan ruang (room/chamber) yang bisa ditelusuri oleh penjelajah manusia. Sedangkan menurut Ko (1985) gua adalah suatu lintasan sungai di bawah tanah yang masih mengalirinya secara aktif atau pernah mengalirinya. Definisi ini mengacu hubungan antara gua dan air, sehingga mulut-mulut gua dengan kelembaban yang lebih dari lingkungannya akan mempunyai vegetasi yang berdaun lebat atau hijau.
Sebagian besar (sekitar 90%) gua di dunia terletak di daerah batugamping karstik, demikian pula di Indonesia, sehingga pembahasan lebih lanjut ditekankan pada gua pada lingkungan batugamping karst. Lingkungan gua-gua karstik merupakan tandon alami raksasa yang dapat menjebak, menghimpun dan melestarikan air hujan yang jatuh di dalamnya (Dibyosaputro, 1996), menyebabkan lingkungan karst bukanlah lingkungan yang biasa. 
Karst atau istilah aslinya “krst” (Worosuprodjo, S., 1997) berasal dari bahasa Yugoslavia, yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dan Italia Utara, sekitar kota Trieste. Istilah karst ini kemudian dipakai untuk menyebut semua kawasan yang telah mengalami suatu proses pelarutan. Morfologi (bentuk kenampakan muka bumi) daerah karst secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bentukan negatif dan positif. Bentukan negatif adalah morfografi karst yang cenderung turun terhadap permukaan. Sedangkan bentukan positif adalah bentukan yang cenderung naik terhadap permukaan. Contoh bentukan negatif adalah dolina, uvala, polye, sinkhole/luweng, dan gua serta contoh bentukan positif adalah kubah-kubah karst.

2. SEJARAH PENELUSURAN GUA
Manusia telah menggunakan gua untuk berbagai tujuan mulai dari tempat melindungi diri terhadap keganasan iklim, tempat tinggal, kuburan, dsb. Sejak beberapa ratus tahun yang lalu gua telah diselidiki, terutama di Jerman dan Perancis, namun baru pertengahan abad ke-19 dijadikan objek yang serius. Kapan manusia mulai menelusuri gua tidak ada catatan resmi. Dari peninggalan-peninggalan, berupa sisa-sisa makanan, tulang belulang kerangka manusia dan seni melukis di dinding, yang dijumpai di Eropa, Afrika, dan Amerika bahkan di Indonesia dapat disimpulkan bahwa manusia telah mengenal gua, bahkan lebih dari itu gua dipakai guna melindungi diri, tempat bermukim dan tempat pemujaan, sejak puluhan ribu tahun yang lalu. Manusia primitif Pythecantropus, Cro Magnon sudah mengenal gua.
Catatan sejarah penelusuran gua didapatkan pada abad ke-17 dari John Beaumont, ahli bedah dari Somerset, Inggris yang menjadi ahli pertambangan dan geologi amatir. Tahun 1674 tercatat sebagai penelusuran sumuran (potholing) pertama bersama 6 penambang, dilengkapi dengan lilin menurun sumuran sedalam 20 meter dan menemukan ruangan sepanjang 80 meter, lebar 3 meter dan mempunyai ketinggian 10 meter. Ia melaporkan temuan ini pada Royal Society, lembaga ilmu pengetahuan Inggris. Sejarah penelusuran gua dan orang-orang yang berjasa dalam mendiskripsikan gua, seperti: Baron John Volsavor dari Slovania, orang yang berjasa mendiskripsikan gua antara 1670-1680. Ia telah mengunjungi 10 gua, membuat tulisan lengkap tentang apa yang dilihat, dilengkapi sketsa, komentar dan mempublikasikan 4 jilid buku setebal 2800 halaman. Yosep Negel, Ahli matematik mendapat tugas dari istana pada tahun 1747 untuk mengadakan eksplorasi dan memetakan sistem perguaan yang besar-besaran di kerajaan Austro-Hongaria. Untuk jasanya ini ia dijadikan ahli matematik istana yang ditugaskan mengawasi koleksi ilmiah kerajaan dan diorbitkan menjadi kepala jurusan ilmu fisika di Universitas Vienna. 
Edouard-Alfred Martel tercatat sebagai perintis ilmu Speleologi pertama, karena ketekunan kerja secara ilmiah. Tanpa ada pembimbing, ia menciptakan metodik yang penuh disiplin dan tertib yang merubah tata cara mengeksplorasi gua. Setelah bereksperimen selama 5 tahun untuk mencoba berbagai cara yang tepat dan perlengkapan mana yang paling perlu dibawa, mulai tahun 1888 ia mulai mengadakan apa yang ia sebut "Kampanye Penelusuran Gua".

3. PERKEMBANGAN SPELEOLOGI DI INDONESIA DAN DI SURAKARTA
Perkembangan speleologi di Indonesia baru dimulai pada pertengahan 1970-an, diperkenalkan oleh dr. Robby KT Ko melalui media massa. Tahun 1979 bersama Norman Edwin (Alm.) mendirikan SPECAVINA, sebuah club Caving pertama di Indonesia. Adanya perpedaan prinsip kedua pendiri tersebut menyebabkan Specavina bubar awal 1980-an. Norman Edwin (Alm.) selanjutnya mendirikan klub Garba Bumi, sedangkan dr. Robby KT Ko mendirikan HIKESPI (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia) tanggal 23 Mei 1983. Lebih lanjut perkembangan speleologi di Indonesia ditandai dengan berdirinya beberapa klub speleologi di antaranya: BSC (Bogor Speleological Club), DSC (Denpasar Speleological Club), SCALA (Speleo Club Malang), SSS (Salamander Speleo Surabaya), JSC (Jakarta Speleo Club), BPLB Speleo Club Bandung, Lawalata IPB, ASC (Acintyacunyata Speleological Club) dan SPL Klub Speleo Malang. Berbagai klub di atas tinggal beberapa saja yang aktif, baru kemudian bermunculan divisi Caving dari berbagai klub pecinta alam.
Kegiatan penelusuran gua di Surakarta sebenarnya telah diadakan oleh beberapa individu atau kelompok pecinta alam sejak awal dasawarsa 90-an. Beberapa klub sempat mendatangkan pemateri dari ASC Yogyakarta, namun sayang kegiatan ini belum terorganisir dengan baik sehingga tidak ada bukti laporan penelusuran tersebut. Tahun 1995 sebuah tim dari KMPA Giri Bahama mengadakan penelitian tentang kualitas air tanah di Gua Cerme Yogya. Penelitian ini dilombakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Wilayah B di Bandung dan mendapat juara II. Sejak saat itu kegiatan penelusuran gua mulai bergeliat dan berbagai penelitian speleologi mulai dilakukan. Perkembangan spleologi di Surakarta menjadi lebih nyata pada 15 Juli 2001 ditandai dengan lahirnya Forum Caving Surakarta (FCS), sebuah wadah atau forum untuk bertukar pikiran dan bergiat dalam kegiatan speleologi.

4. MATERI YANG DIPELAJARI DALAM SPELEOLOGI 
Speleologi di luar negeri dikenal sejak 200 tahun lalu dimana di Indonesia sama sekali belum dikenal. Bahkan kata speleologi pun belum banyak yang tahu apa artinya. Speleologi dapat dianggap ilmu yang mempelajari lingkungan gua dan membahas berbagai aspek fisik dan biologisnya. Speleologi relatif mudah dibandingkan ilmu yang lain, namun dalam beberapa dekade terakhir berkembang dengan pesat. Speleologi terutama terdiri dari riset dasar yang melingkupi berbagai cabang dari Geografi, Biologi dan Geologi, Kimia, Meteorologi, Antropologi, Arkeologi, Mineralogi dan Ilmu Tanah. Karena menyangkut banyak bidang ilmu, maka Speleologi dapat menghindari pengkotak-kotakan ke dalam ilmu-ilmu yang terpisah dimana pengkotakan ini sering menghambat ide-ide baru.
Sering menjadi pertanyaan kenapa orang masuk gua? Yang bisa menjawab adalah orang yang masuk gua tersebut, yaitu dengan tujuan apa. Untuk menunjukkan kita berani? gagah-gagahan? bertapa atau yang lainnya. Sebagai seorang pecinta alam sudah semestinya bahwa gua dan lingkungannya dapat menjadi objek studi yang sangat bermanfaat. Gua dan lingkungannya (Karst) juga telah didefinisikan sebagai bentanglahan kering, dicirikan oleh drainase bawah permukaan daripada aliran-aliran permukaan (Van Zuidam, 1983). Dengan melakukan penelusuran dan penelitian di daerah karst seorang pecinta alam akan banyak membantu kepada penduduk setempat terutama tentang informasi keberadaan air dan masalah konservasinya.
Speleologi di Indonesia sudah selayaknya sejajar dengan deretan ilmu yang sudah berkembang. Namun setiap penelusur dan pemerhati gua harus mempunyai kesadaran, kebanggaan bahwa yang diperdalam ini di Indonesia masih serba perawan dan rawan. Faktor konservasi harus diletakkan sebagai target utama, karena gua sudah banyak yang dirusak oleh mereka yang memasukinya untuk tujuan komersial atau tujuan yang lain. Setiap usaha manusia memasuki gua, walaupun tujuan untuk riset, selalu akan merusak lingkungan mikro dan ekologi gua yang sangat rapuh. Terdapat suatu interaksi dramatis antara berbagai penghuni gua yang harus saling mengisi, antara spesies satu dengan yang lain. Penghuni gua sangat sensitif dan harus mentolerir pengaruh fisis dan kimia lingkungan mereka. Populasi binatang sangat sempit, sehingga mengangkat pergi hanya beberapa binatang saja dapat secara serius merusak keseimbangan alam dan mengakibatkan punahnya spesies.

Para penelusur gua jangan sekali-kali meninggalkan kotoran atau sisa barang didalam gua, terutama karbit karena dapat merusak keseimbangan kimiawi yang rapuh. Deposit kimia gua amat fragil, kalau sebuah stalaktit dipatahkan, kerangka itu tidak mungkin sembuh. Sekali dipatahkan tidak akan stalaktit itu tumbuh. Koleksi untuk keperluan ilmiah hendaknya amat dibatasi. Tiada tempat di dunia ini yang demikian baik untuk mempelajari ekologi yang sederhana serta bebas kontaminasi daripada di dalam gua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar